Namun sayangnya, Reef dan Teyon tidak bisa memenuhi harapan itu semua. Bagaimana bisa. Yuk mari kita lihat ulasannya.
Karena kisahnya mengambil alur cerita asli seperti film layar lebarnya, maka mungkin tidak perlu berpanjang lebar. Langsung saja kita akan masuk ke gameplay-nya. Semua karakternya juga mirip dengan karakter asli dalam film dan nama-namanya juga.
Babak pertama yang mengecewakan adalah, RTV dikemas ala rail shooting. Dimana semua gerakan Rambo berjalan otomatis dari 1 poin ke poin yang lain, dengan timing reload yang harus anda perhatikan. Satu-satunya yang bisa anda gerakkan hanya senjata anda saja.
Tentu saja, dengan konsep rail shooting beginian, jangan terlalu berharap terlalu tinggi akan variasi gameplay-nya. Tugas anda cukup bunuhi saja musuh-musuh yang ada, yang semuanya dipastikan tidak punya AI yang cukup baik.
Anda juga akan menemui mode wrath, dimana ketika berada dalam mode ini, anda bisa menembak membabi buta tanpa harus peduli dengan jumlah amunisi pada senjata, sekaligus mengisi health bar. XP yang anda kumpulkan bisa anda pakai untuk meng-upgrade senjata, skill dan health.
Scene-scene melee combat ditampilkan dalam format QTE. Alih-alih mencoba meniru, konsep QTE yang disematkan lagi-lagi buruk.
Secara keseluruhan, RTV adalah game yang gagal. Karena konsep rail shooting sudah terdengar sangat jadul. Padalah mestinya Teyon bisa saja menjadikan Tomb Raider Reboot menjadi sebagai acuan. Atau uncharted ketika sedang berada dalam misi Afganistan.
Kualitas visualnya juga jelek dan masih terdapat banyak sekali bug yang sangat mengganggu di dalamnya. Hal-hal sepele seperti anak panah yang mental dari kepala lawan misalnya, itu sudah mengganggu. Entah apa yang menjadi pikiran Teyon dan Reef ketika mendevelop game ini.
0 Comments:
Posting Komentar
Ada Masukan? Sampaikan Yuk....
Donni Antonius Sinaga